Penafsiran Al-Qur'an Melalui Pendekatan Semiotika Dan Antropologi (Telaah Pemikiran Muhammad Arkoun)
Abstract views: 7268
,
PDF downloads: 3156
Abstract
Bagi kalangan pembaharu (reformis) muslim, diktum al-Qur’an shalih li kulli zaman wa makan (al-Qur’an selalu sesuai bagi setiap waktu dan tempat) ditempatkan pada kerangka historis-sosiologis-antropologis. Umat Islam harus mampu membuktikan bahwa “al-Qur’an merupakan kitab suci terakhir yang diturunkan kepada mansuai sebagai ajaran akumulatif dan penyempurna dari ajaran-ajaran kitab suci samawi sebelumnya. Diantara reformis Islam adalah Muhammad Arkoun. Menurutnya, Al-Qur'an merupakan sebuah teks yang bersifat terbuka. Tak satupun penafsiran dapat menutupnya secara tetap dan "ortodoks". Kenyataan ini memberikan konsekwensi logis adanya keinginan umat Islam untuk selalu mendialogkan antara al-Qur’an sebagai teks (nash) yang terbatas, dengan perkembangan problem sosial kemanusiaan yang dihadapi manusia sebagai konteks (waqa’i) yang terus berkembang.  Â
Persoalannya adalah bagaimana merumuskan sebuah metode tafsir yang dianggap mampu menjadi alat untuk menafsirkan al-Qur’an secara baik, dialektis, reformatif, komunikatif-inklusif serta mampu menjawab perubahan, sementara al-Qur’an – dengan ayatnya yang tetap - turun ditengah budaya lokal Arab yang sama sekali berbeda kondisinya dengan problem kontemporer saat ini. Tampaknya peran penggunaan ilmu sosial dan humaniora sebagai alat bantu dalam penafsiran tidak dapat dianggap sepele.
Strategi yang ia tawarkan adalah mendekonstruksi, merekonstruksi  dan mengembangkan metodologi penafsiran al-Qur’an melalui konseptual baru yang sesuai dengan tantangan zaman, yakni :Â
Pertama, pendekatan Semiotik yakni konsep "tanda" sebagai kata simbol yang menjamin secara logis dan konkret kebahasaan. Tawaran ini muncul karena ia memahami manusia sebagai animal symbolicium atau hewan yang mampu menggunakan, menciptakan dan mengembangkan simbol-simbol untuk menyampaikan pesan dari individu kepada individu lain. Teks dan konteks menjadi dua kata yang tak terpisahkan, keduanya berkelindan membentuk makna. Konteks menjadi penting dalam interpretasi, yang keberadaannnya dapat dipilah menjadi dua, yakni intratekstualitas dan intertekstualitas. Analisis semiotika akan mampu menggali hal-hal yang sifatnya subtle dari penggunaan bahasa seperti halnya tentang seperangkat nilai atau bahkan ideologi yang tersembunyi di balik penggunaan bahasa.
Kedua, pendekatan antropologis, diharapkan mampu menampilkan esensi ayat al-Qur'an yang tampak akrab dan dekat dengan masalah-masalah yang dihadapi manusia dan berupaya menjelaskan dan memberikan jawabannya. Ayat al-Qur'an tidak lagi menjadi teks langit tapi al-Qur'an adalah teks bumi karena menggunakan bahasa bumi dan tentunya untuk kepentingan penduduk bumi. Melalui pendekatan ini, Arkoun ingin menggali faktor umum kemanusiaan, budaya dan agama masyarakat Timur TengahDownloads
References
Al-Qur’an al-Karim
Arkoun, Mohammad, Exploration and Responses : New Pespective for a Jewish-Cristian-Moslem Dialogue, dalam Journal of Ecumenical Studies, 26:3 (summer 1989).
__________________, Al-Fikr al-Islami Naqd wa Ijtihad, terj. Hasyim Shalih (London: Dar as-Saqi, 1990)
__________________, Rethinking Islam : common Questions, Uncommon Answer (Boulder: Westview Press, 1994).
__________________, Tarikhiyyah al-Fikr al-'Arabi al-Islami, terj, Hasyim Shalih, (Beirut : Markaz al-Inma' al-Qaumi, 1986).
__________________, Gagasan tentang Wahyu : dari Ahl al-Kita sampai Masyarakat Kitab," Dalam H.Chambert dan N.J.G. terj. Rahayu S.Hidayat (Jakarta : INIS, 1993)
__________________, Al-Fikr al-Islami Naqd wa Ijtihad, terj. Hasyim Shalih (London: Dar as-Saqi, 1990).
Connolly, Peter (ed.), Aneka Pendekatan Studi Agama (Yogyakarta: Lkis, 2002)
Al-Hasyimi, Ahmad, Jawahir al-Balaghah (Mesir: Muassasah al-Mukhtar, 1989)
Ihromi, TO, ed., Pokok-Pokok Antropologi Budaya (Jakarta: PT. Gramedia, 1980)
Jamhari, "Pendekatan Antropologi dalam Kajian Islam," dalam Qomaruddin Hidayat dan Hendro Prasetyo (ed), Problem dan prospek IAIN : Ontologi Pendidikan Tinggi Islam (Jakarta: Dirbinperta Islam Depag RI, 2000).
Kurzman, Charles Kurzman (ed)., Liberal Islam : A Source Book (New York: Oxford University Press, 1988)
Malti , Fedwa - Douglas, "Muhammad Arkoun", dalam John L.Eposito (ed). The Oxford Enclycopedia of the modern Islamic World (Oxford: Oxford University Press, 1995).
Mathlub, Ahmad, Al-Jurjani; Balaghatuh wa Naqduh ( Beirut: Wakalat Al-Mathbu’at, tth).
Meuleman, Johan Hendrik, Nalar Islami dan Nalar Modern : Memperkenalkan Pemikiran Mohammad Arkoun dalam Ulumul Qur'an No. 4 Vil.IV tahun 1993.
__________________, "Pengantar" dalam Mohamad Arkoun, Nalar Islami dan Nalar Modern : berbagai tantangan dan Jalan Baru, terj, Rahayu S. Hidayat (Jakarta: INIS, 1994).
Nata, Abuddin, Metodologi Studi Islam (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2003)
Ushfur, Jabir Ahmad Ushfur, al-S{urah al-Fanniyyah (Mesir: Dar al-Ma'arif, 1998)
Wiyatmi, Pengantar Kajian Sastra (Yogyakarta: Pustaka, 2006)
Copyright (c) 2017 MIYAH : Jurnal Studi Islam

This work is licensed under a Creative Commons Attribution 4.0 International License.
- All the material contained in this site are protected by law. Prohibited cite some or all of the contents of this web site for commercial purposes without the consent of the board of editors of this journal.
- If you find one or more articles contained in Miyah that violate or potentially violate copyright you own, please report it to us, via email at priciple Contact.
- Formal legal aspects of access to any information and articles contained in this journal site refers to the terms of the license Creative Commons Attribution (CC BY).
- All information contained in the nature of Academic Miyah. Miyah not responsible for any losses incurred karana misuse information from this site.

